Finansial

Mengapa Berinvestasi di P2P Lending?

Rizko-

27 Aug 2018

Mengapa Berinvestasi di P2P Lending?
Halo, Kenalkan Saya Hendoko, Di artikel ini, Saya ingin sedikit bercerita mengenai seorang "Angga" dan kebingungan yang pernah dia hadapi ketika memilih instrumen investasi jangka pendek. 

Angga telah berkecimpung di sektor finansial sejak lulus kuliah dan berbagai posisi pernah Angga tempati. Mulai dari tingkat trainee hingga terakhir Angga pernah menjabat sebagai VP di salah satu perusahaan perbankan swasta yang cukup disegani di lanskap Konglomerasi Indonesia. 
Sebagai seseorang yang bekerja di bidang finansial, Angga memiliki literasi finansial yang berada satu langkah di depan dibandingkan teman -temannya yang bekerja di industri berbeda. Sejak awal karir, Angga telah mengalokasikan penghasilan per bulan untuk kebutuhan primer, sekunder dan tersier.

Angga ingin berbagi cerita tentang bagaimana alur mencari instrumen investasi dengan nominal yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan beliau saat itu.

Tahun 2008 Angga menjabat sebagai Junior Management Trainee dan sebagai ilustrasi saja penghasilan Angga senilai Rp 4 Juta/bulan. Berikut ini adalah Financial Figures pribadi Angga yang telah dialokasikan ke dalam beberapa kebutuhan,

Gaji Kotor                                   Rp 4.000.000  
Potongan BPJS                           Rp 80.000  
Bayar Kost                                   Rp 500.000  
Makan 2-3 x Sehari ( 30 hari )     Rp 1.200.000  
Bensin Sepeda Motor                  Rp 200.000  
Pulsa Telpon                                Rp 200.000  
Toiletries                                       Rp 200.000  
Pakaian                                        Rp 300.000  
Kirim Ortu                                     Rp 200.000  
Residu Gaji                                  Rp 1.120.000  

Memilik kesibukan Angga sebagai Staff Junior di Bank Swasta yang berada di divisi Sales, maka saat itu instrumen investasi yang paling memungkinkan untuk Angga ikuti setiap bulannya adalah:
1. Deposito
2. Emas
3. Arisan

Mari kita bahas 3 instrumen investasi dan relevansinya dengan keadaan finansial Angga di kala itu.

1. Deposito

Di tahun 2008, Return Deposito rata rata Bank berkisar di angka 8-9% per annum ( p.a ). Suku Bunga Bank Indonesia cukup volatile (tidak stabil) di masa itu, akan tetapi dengan adanya penjaminan LPS, maka produk Deposito termasuk produk paling aman di saat itu.
Akan tetapi kendala yang Angga hadapi adalah :
  • Nilai minimum penempatan deposito adalah Rp 10,000,000.  
  • Angga membutuhkan waktu hingga 10 bulan untuk mencapai nilai penempatan minimum deposito. Sementara sebelum titik 10 bulan tercapai, seringkali tabungan Angga terpakai untuk kebutuhan tersier (ganti handphone dll).  
  • Untuk melakukan penempatan deposito di masa itu, Angga juga harus mengantri di Banking Hall yang merupakan produk layanan Customer Service (proses tersebut membutuhkan biaya dan waktu). 
2. Emas
Di tahun 2008, harga 1 gram Emas berkisar di angka Rp 270,000 / gram. Akan tetapi, kendala yang Angga hadapi adalah :
  • Sebagai anak perantauan, tempat tinggal Angga bersifat indekos, sehingga penyimpanan barang berharga secara fisik cukup beresiko.
  • Untuk pembelian Emas dengan nilai kecil, terdapat aktivitas fisik yang kurang setara dengan nilai return. Aktivitas fisik tersebut yaitu menghampiri toko emas, melakukan pembelian, memastikan barang yang kita beli merupakan emas dengan kadar karat yang original dan baik.  
3. Arisan
Arisan merupakan aktivitas pengumpulan sejumlah uang oleh sekelompok individu yang telah menyepakati beberapa hal, seperti mampu melakukan setoran arisan, dan bersedia menerima uang yang terkumpul secara undian atau bergiliran dari awal.

Akan tetapi kendala yang Angga hadapi adalah :
  • Pengelolaan dilakukan oleh manusia, dan melibatkan beberapa pihak (10 – 20 orang). Pengelolaan seperti ini menjadi rentan akan gesekan ataupun konflik yang bisa mempengaruhi hubungan pertemanan. 
Akhirnya berdasarkan pertimbangan dan analisis di atas, produk yang Angga gunakan adalah produk deposito. Hal tersebut lantaran kegiatan Deposito mempunyai karakter yang mengikat dan konsisten, sehingga secara perlahan mengubah kebiasaan Angga dalam menabung ke arah yang lebih disiplin.

Semakin berkembangnya teknologi keuangan, Angga menyadari bahwa nilai return (termasuk bunga) dari Deposito terbilang kategori "low return, low risk ". Pada akhirnya Angga mulai mencari alternatif investasi seiring dengan pertumbuhan kemampuan nalar investasinya, dan mulai mengenal Instrument P2P Lending / Gotong Royong Online.

Dewasa ini, gelombang teknologi informasi secara masif mengubah tingkah laku dan pola pikir kita sebagai konsumen, seperti contoh cerita "Angga" di atas. Di saat yang bersamaan, layanan P2P (peer to peer) hadir sebagai solusi alternatif investasi.

P2P Lending (Peer to peer lending), merupakan penyedia layanan keuangan yang mempertemukan pihak pendana dan pihak peminjam yang membutuhkan dana usaha dalam sebuah media digital. Layanan P2P Lending mampu mengakomodasi kebutuhan setiap orang seperti saya dengan kemudahan-kemudahan yang ditawarkan seperti berikut,

1. Minimal Investasi mulai dari Rp 100,000.
2. Variasi Tenor dan jenis Loan Project dapat kita pilih secara real time dan transparan. (Seluruh rangkaian proses dapat dilakukan melalui smartphone atau laptop kita).
3. Aktivitas investasi melalui P2P Lending dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun melalui portal website atau aplikasi dari layanan yang menyediakan portal investasi.
4. Tenor dari tiap loan project yang bervariasi memberikan opsi lebih banyak untuk melakukan investasi sesuai kebutuhan di masa depan.
5. Penggunaan teknologi pada layanan P2P Lending mampu membantu para pendana (pihak yang melakukan investasi) untuk melakukan investasi dengan mudah dan aman. Nilai minimal pendanaan telah disesuaikan oleh pihak penyedia layanan P2P Lending, sehingga para pendana seperti saya akan mempunyai pilihan investasi jangka pendek yang menarik dan sesuai kemampuan.
6. Kita sebagai pihak yang berinvestasi (pendana) dapat mengetahui siapa pihak yang menggunakan dana investasi kita.

Bagaimana? Apakah kondisi yang dihadapi oleh "Angga" di atas hampir sama dengan skenario kalian di kehidupan sehari - hari? Jika benar, maka inilah saatnya kamu memulai berinvestasi di https://modalrakyat.id  

Author: Hendoko Kwik

Hendoko Kwik
 Sebelum membangun ModalRakyat, Hendoko kebanyakan menghabiskan karirnya di bidang SME Banking. Tahun 2008, setelah mendapatkan gelar sarjana komputer dari Universitas Bina Nusantara, Hendoko berhasil lulus dari program Management Development Program - SME Banking dari Bank Danamon Indonesia Tbk. Sejak saat itu, Hendoko berkutat dalam originasi pembiayaan SME Banking seperti Account Receivables Financing, Working Capital Financing, Asset Based Financing, Construction Financing, Project Financing, dan jenis pembiayaan SME lainnya yang lazim di Indonesia. Karir Hendoko sudah pernah diuji pada saat Krisis Moneter Global ( 2008 - 2009 ) ataupun pada saat Ekonomi Indonesia sedang meroket karena kenaikan harga komoditas ( 2010 - 2012 ). Posisi Banking terakhir yang dijabat Hendoko sebelum membangun ModalRakyat adalah VP of SME Banking, Bank Sahabat Sampoerna ( 2018 ). Hendoko juga memiliki gelar Magister Management in Finance dari Universitas Trisakti. 
Artikel Terkait
image image
Artikel Baru