Bisnis

Attribution Modeling: Strategi Marketing Tentukan Prioritas

Brigitta Winasis-

01 Jul 2021

Attribution Modeling: Strategi Marketing Tentukan Prioritas

Keputusan konsumen untuk membeli suatu produk atau jasa tidak muncul begitu saja. Ada berbagai cara pelanggan memutuskan pembelian.

Mulai dari menemukan adanya brand Anda, tertarik dengannya, sampai akhirnya berpindah ke keputusan untuk membeli. Maka dari itu attribution modeling menjadi sarana penting bagi para marketer mencari data demi meningkatkan kualitas pemasaran mereka. Berikut penjelasan attribution modeling beserta jenis-jenisnya.


Baca juga: 6 Tips Marketing di Instagram untuk Bisnis Anda


Penjelasan

Attribution modeling adalah strategi yang membuat marketer dapat menganalisis dan menentukan nilai tertentu pada marketing touchpoints. Setiap titik ini menunjukkan langkah-langkah spesifik seorang pelanggan, mulai dari mencari produk secara online hingga membayarnya, dan setiap tindakan yang dilakukan di antara dua titik tersebut.

Menggunakan model atribusi membuat marketer lebih memahami bagian mana dari upaya pemasaran mereka yang membuat pelanggan bergerak menuju ke arah pembelian. Dengan multi-touch modeling, Anda dapat mendistribusikan nilai-nilai selama multiple touchpoints untuk melihat bagaimana interaksi pemasaran memengaruhi penjualan.


Pentingnya Attribution Models di Digital Marketing

Sebagai marketer yang menjalankan pemasaran di berbagai platform, mungkin akan muncul kesulitan untuk menentukan keywords, landing pages, display ads, dan SEO yang memaksimalkan efektivitas ke penjualan dan konversi. Dengan attribution modelling, tim pemasaran memiliki gambaran luas tentang bagaimana perjalanan tiap pelanggan (customer journey) mulai dari titik awal sampai ke pembelian.


Contoh Attribution Models

Sebagai contoh, pelanggan A dan pelanggan B sama-sama mencari produk yang dijual perusahaan Anda. Pelanggan A melakukan konversi (pembelian) dalam satu langkah dengan mengunjungi situs Anda. Ia tahu persis apa yang diinginkan dan situs Anda menyediakan kebutuhannya.

Pelanggan B ternyata memiliki pengalaman yang berbeda sebelum sampai ke pembelian. Katakanlah pelanggan B pertama kali mengklik display ads perusahaan Anda, lalu berinteraksi dengan brand Anda di media sosial, mengunjungi situs perusahaan melalui pencarian organik, mengunduh e-book, sebelum akhirnya mengontak customer service dan meminta sampel produk. Dapat disimpulkan, perjalanan pelanggan B melibatkan beberapa langkah atau touchpoints dalam kurun waktu tertentu.

Jika Anda hanya memberi penekanan pada touchpoint terakhir sebelum penjualan, Anda melewatkan berbagai touchpoints lainnya yang memengaruhi pilihan pelanggan pada brand Anda. Ini adalah contoh sempurna tentang bagaimana rute multi-touch conversion.

Multi-touch conversion kini menjadi aturan yang dipegang, bukan pengecualian, pada kenyataan penjualan secara daring. Dengan memahami strategi pemasaran yang paling sukses, Anda dapat membuat pelanggan tertarik melalui pemasaran pada awalnya, lalu menuntun mereka sampai akhirnya terjadi konversi.

Attribution models yang menekankan touchpoint terakhir sebelum tindakan konversi memberi Anda informasi sarana marketing mana yang mendorong pelanggan melakukan pembelian. Jika Anda tahu touchpoints mana yang paling menimbulkan pembelian, Anda dapat mengoptimalkannya.

Namun apa pentingnya mengetahui touchpoint terakhir dari pelanggan dibandingkan rute multi-touch conversion? Untuk menghemat biaya pemasaran.

Sebagai seorang marketer, Anda mungkin memikirkan bagaimana dan kapan kampanye iklan Anda akan menghasilkan konversi. Attribution modeling menyediakan data vital tentang hasil dari strategi marketing Anda, termasuk yang berbayar.

Anda dapat melihat mana yang menghasilkan konversi dan mana yang tidak. Dari sini Anda dapat menentukan alokasi uang yang lebih optimal pada pemasaran.


Baca juga: Membangun Bisnis Online dengan Teknik Marketing yang Tepat


Dua Jenis Attribution Modeling

Ada banyak jenis attribution models, misalnya software berbasis AI, attribution tool dalam Facebook, atau attribution models standar milik Google Analytics. Namun biasanya berbagai jenis itu dapat dikelompokkan menjadi dua saja.

Single-touch Models

Single-touch models memberi nilai pada satu touchpoint pada perjalanan pelanggan. Biasanya pada titik pertama di mana mereka mulai tertarik dengan brand Anda, atau titik terakhir di mana mereka memutuskan melakukan pembelian.

Berikut beberapa jenis single-touch models.

a. First touch model

b. Lead creation model

c. Qualified lead model

d. Last non-direct click model

e. Last model (most important touch)

Dalam model ini, touchpoint pertama dan terakhir adalah yang paling penting. Jika Anda tidak dapat membuat orang tertarik, akan sulit mendorong mereka mengikuti perjalanan menuju pembelian.

Namun single-click models memiliki keterbatasannya tersendiri. Perjalanan pembelian pelanggan modern mudah terpecah, mereka mudah berpindah dari satu platform ke platform lainnya.

Sebagai contoh, perusahaan Anda menjual sepatu. Seorang pelanggan mungkin akan melihat iklan di Instagram, mengunjungi media sosial, beberapa hari kemudian mengunjungi situs, lalu akhirnya keluar. Seminggu kemudian ia mendapati iklan dari Facebook Ads, menekan tautan tersebut, baru akhirnya melakukan pembelian.

Jika Anda memilih untuk beratribusi seratus persen pada satu touchpoint, maka Anda akan melewatkan proses pembelian oleh pelanggan. Bukankah Instagram Ads sama pentingnya dengan Facebook Ads? Bahkan faktanya, akankah mereka membeli jika faktanya mereka tidak mengunjungi situs Anda dan mencari tahu lebih lanjut?

Multi-touch Models

Di sinilah peran penting multi-touch attribution. Jenis ini memberi nilai pada setiap touchpoint sepanjang perjalanan pelanggan. Berikut beberapa jenis multi-touch models.

a. Linear attribution

b. U-shaped attribution

c. W-shaped attribution

d. Z-shaped attribution

e. Time decay attribution

Sebagai contoh, seorang pelanggan membeli sepatu seharga Rp100 ribu di situs Anda. Pada contoh sebelumnya, Anda mungkin beranggapan touchpoint Instagram Ads bernilai Rp30 ribu. Masuk ke akun Instagram Anda bernilai Rp20 ribu, mengunjungi situs Anda bernilai Rp20 ribu, dan Facebook Ads yang akhirnya mendorong ke pembelian bernilai Rp30 ribu. Beberapa multi-touch models dapat melibatkan banyak jenis sekaligus.


Tips Memilih Attribution Modeling

Setelah melihat dua jenis attribution models, Anda mungkin bertanya-tanya mana yang paling tepat untuk bisnis Anda. Tips pertama yang perlu Anda pahami adalah perjalanan setiap pelanggan tidak sama.

Jadi semua ini tergantung kerumitan perjalanan pelanggan, walaupun telah dirancang dalam bisnis anda. Umumnya semakin banyak iklan terpasang di berbagai platform, semakin besar kemungkinan pelanggan masuk dari "pintu-pintu" tersebut.

Umumnya, pelanggan berinteraksi beberapa kali dengan brand sebelum akhirnya membeli produk. Jika demikian, multi-touch models dapat menjadi pilihan Anda.

Sementara itu bagi perjalanan pelanggan yang lebih simpel, single-touch models lebih direkomendasikan. Jenis ini juga cocok untuk pemasaran yang menggunakan media digital.

Namun pada dasarnya semua itu tergantung marketer. Anda dapat melakukan berbagai tes dan percobaan sebelum menentukan attribution modeling yang tepat bagi bisnis Anda.


Dapatkan Modal Tambahan untuk Usaha Anda

Sebagai pemilik bisnis, Anda tentu ingin usaha Anda berkembang. Salah satu yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha adalah dengan memperoleh modal tambahan.

Anda bisa mendapatkannya dengan menjadi peminjam di layanan P2P lending Modal Rakyat. Dengan proses yang mudah dan cepat, pinjaman Anda dapat disetujui hanya dalam waktu lima hari kerja. Selain itu bunga pinjaman akan disesuaikan dengan risiko usaha Anda dan relatif kompetitif dibandingkan alternatif pinjaman lain.

Artikel Terkait
image image
Artikel Baru