Finansial

Pengertian dan Cara Membaca Candlestick Pattern

Brigitta Winasis-

09 Jun 2021

Pengertian dan Cara Membaca Candlestick Pattern

Mereka yang berada di dunia trading tentu memahami adanya berbagai tipe chart atau grafik. Chart tersebut menyajikan informasi harga saham yang fluktuatif.

Pergerakan ini akan tampil dalam bentuk naik-turunnya grafik. Data ini bermanfaat untuk melakukan analisis teknikal terhadap harga saham.

Ada berbagai jenis grafik yang digunakan trader. Misalnya candlestick chart yang menjadi favorit para trader.


Baca juga: Memulai Investasi Saham Blue Chip 2021 IDX untuk Pemula


Candlestick, yang arti harfiahnya merupakan batang lilin, memang berbentuk grafik batang. Chart ini lazim dipakai dalam menelaah saham, forex, maupun komoditas.

Namun tidak sering trader kesulitan membacanya, apalagi mereka yang baru mulai. Maka dari itu, berikut akan disajikan pengertian dan cara memahami pola-pola candlestick secara tepat.


Pengertian

Penggunaan diagram candlestick pertama kali muncul di Jepang. Tingkat akurasinya dianggap yang paling baik ketimbang chart lainnya. Bentuk grafik ini semakin populer di antara para trader.

Candlestick merepresentasikan dampak sentimen investor terhadap harga saham. Analisis seperti ini bermanfaat bagi investor menentukan waktu yang tepat untuk melakukan trading.

Metode ini membantu analisis terhadap sejumlah aset finansial, seperti saham, cryptocurrency, serta valas. Penggunaan candlestick chart masuk dalam kategori metode diskresional.

Artinya, candlestick menggunakan intuisi subjektif. Ada berbagai pola yang dapat dianalisis pada chart tersebut yang nantinya diselesaikan dalam trading aktual. Candlestick dapat menghasilkan keuntungan yang stabil jika trader memiliki jam terbang yang mumpuni.


Dasar Pola Candlestick

Para analis akan memberitahu para trader berdasarkan hasil analisis mereka terhadap psikologi pasar dan tren. Pola kebalikan adalah kuncinya.

Pola pembalikan (reversal) adalah peluang bagi trader untuk memperoleh potensi keuntungan besar. Dalam ilmu candlestick, banyak pola pembalikan, tunggal, maupun ganda.

Untuk membuat candlestick, diperlukan data dari nilai di harga pembukaan, tertinggi, terendah, dan penutupan atau biasa disebut OHLC (Opening, High, Low, Closing). Data dari OHLC itu menjadi pedoman untuk menganalisis sebuah candlestick.

Data itu akan menampilkan gambaran visual yang dapat dipahami dan dibaca demi keperluan analisis. Kemudahan yang ditawarkan yaitu pengambilan keputusan dapat dilakukan sekilas pandang saja. Dengan sekilas Anda dapat melihat apakah harga saat ditutup menguat atau menurun.

Namun dalam tingkat akurasi yang tinggi, tetap terdapat kelemahan karena analisis hanya merupakan prediksi. Metode ini akan semakin diperkuat jika menggunakan time frame yang lebih besar, misalnya H1, H4, dan D1.

Dalam time frame yang lebih besar, kemungkinan salah sinyal akan dapat diminimalkan. Sebaliknya, dalam time frame yang lebih kecil kemungkinan besar terjadi false signal.

Jika Anda ingin mengikuti tren, maka gunakan time frame H4 dan D1. Anda harus sabar menunggu pola yang lain muncul. Anda dilarang membuka posisi saat tak ada pola candlestick tersebut.

Pola candlestick dapat diaplikasikan dengan prinsip supply and demand. Prinsip ini akan menunjukkan kondisi psikologis penjual dan pembeli. Pola-pola reversal akan menimbulkan pola-pola yang lain.


Baca juga: Apa Perbedaan Trading dan Investasi Saham?


Komponen dalam Candlestick Chart

Untuk memahami cara membacanya, pertama perlu diketahui terlebih dulu komponen yang terdapat dalam candlestick. Berikut penjelasannya.


a. Body Candle

Body adalah bagian yang menyajikan harga opening (pembukaan) dan closing (penutupan). Bentuknya persegi panjang warna merah atau hijau, tergantung kondisinya. Jika tidak berwarna, maka akan ditampilkan dalam hitam dan putih.


b. Shadow Candle

Shadow atau ekor candle berbentuk garis yang membujur di atas atau bawah body. Warnanya mengikuti body candle. Bagian ini mengindikasikan harga terendah dan tertinggi saham.


Warna yang digunakan untuk body juga memiliki makna. Warna merah mengindikasikan terjadi bearish, yakni penurunan harga saham yang lebih rendah dibandingkan pembukaan. Warna hijau mengindikasikan bullish, naiknya harga saham dibandingkan pembukaan.

Jika candlestick tidak berwarna, bearish ditunjukkan dengan warna hitam. Sementara itu bullish ditunjukkan dengan warna putih.


Jenis Pola Candlestick

Ada beberapa jenis pola candlestick yang biasanya muncul untuk menganalisis fluktuasi harga saham. Pola-pola ini digunakan untuk menentukan transaksi saham. Berikut penjelasannya.


1. Hammer

Pola pembalikan ini mengarah dari downtrend (penurunan dari waktu ke waktu) menuju uptrend (naik dari titik terendahnya). Atau bisa dikatakan dari bearish menjadi bullish dengan ekor yang panjang.

Panjang ekor yaitu dua kali lipat panjang body. Posisi body berada di downtrend. Keberadaan titik konfirmasi mengonfirmasi masuknya saham ke dalam pasar.


2. Inverted Hammer

Pola ini adalah hammer terbalik, yakni perbedaannya terletak pada downtrend menuju uptrend. Dengan kata lain, dari penurunan menuju peningkatan.

Sama dengan hammer, panjang ekor dua kali lipat panjang body. Posisinya berada di downtrend dan mengindikasikan saham masuk ke pasar.


3. Hanging Man

Pola hanging man merupakan pola pembalikan dari bullish menuju bearish. Dalam pola ini, tampak panjang ekor dua kali lipat panjang body dan berada di posisi uptrend.


4. Shooting Star

Pola shooting star adalah pembalikan dari uptrend menuju downtrend. Syarat pola ini adalah panjang ekor harus dua kali lipat panjang body dan berada di posisi uptrend. Terdapat titik konfirmasi yang mengindikasikan konfirmasi masuk ke pasar.


5. Spinning Top

Pola ini menunjukkan pasar yang tidak pasti. Bisa jadi pasar mulai jenuh membeli dan menjual. Selain itu, ada kekuatan yang sama antara penjual dan pembeli.

Body candle tampak kecil dengan ekor di bagian atas dan bawah. Posisinya dapat berada di downtrend dan uptrend. Sebaiknya, transaksi ditunda sampai ada candle berikutnya muncul.


6. Doji

Doji menunjukkan kekuatan yang sama antara penjual dan pembeli sama seperti spinning top. Artinya, pasar tengah tidak pasti atau adanya perubahan tren.

Doji tidak mempunyai real body, ia dapat berada di uptrend atau downtrend. Sebagai saran, sebaiknya muncul candle selanjutnya.


7. Dragonfly Doji

Dragonfly doji menunjukkan kekuatan sama besar antara pembeli dengan penjual. Hal ini juga menunjukkan pasar yang tidak pasti atau kemungkinan perubahan tren.

Dragonfly doji tidak memiliki real body, hanya terdiri dari ekor yang membuat bentuk layaknya T. Posisinya dapat berada di uptrend atau downtrend. Tidak disarankan masuk pasar jika muncul tanda ini.


8. Gravestone Doji

Pola ini kebalikan dari dragonfly doji, bentuknya seperti T terbalik atas bawah. Kemungkinan akan terjadi perubahan tren.

Pola ini tidak memiliki bentuk real body. Posisinya dapat berada di uptrend atau downtrend. Tidak disarankan masuk pasar, sebaiknya tunggu sampai ada candle baru.


9. Morning Star

Morning star menunjukkan pola pembalikan dari uptrend menuju downtrend. Terdapat tiga formasi candle. Pertama merupakan bearish trend yang lebih besar daripada candle kedua, yakni spinning tops.

Ketiga memiliki body yang hampir sama atau lebih besar daripada candle pertama dan merupakan bullish candle. Posisi ketiganya berada di downtrend.


10. Evening Star

Pola ini menunjukkan pembalikan dari bullish ke bearish. Evening star adalah kebalikan morning star.

Candle pertama berupa bullish trend dan lebih besar daripada candle kedua. Candle kedua merupakan spinning tops.

Candle ketiga memiliki bodi hampir sama atau bahkan lebih besar daripada candle pertama. Candle ketiga ini berupa bearish.


Demikian penjelasan tentang cara membaca candlestick pattern. Pola-pola ini dapat dipahami seiring bertambahnya jam terbang bagi trader. Semoga bermanfaat.

Artikel Terkait
image image
Artikel Baru