Gaya Hidup

Cara Mendidik Anak untuk Mengenali dan Mengontrol Emosinya

Kabrina Rian Ferdiani-

17 Jul 2020

Cara Mendidik Anak untuk Mengenali dan Mengontrol Emosinya

Seperti orang dewasa pada umumnya, anak juga memiliki emosi. Yang membedakan ialah kemampuan dalam menyadari dan mengontrol emosi. Anak dapat menanggapi peristiwa apapun dalam hidup mereka dengan emosi yang tak terbatas, namun mereka tidak memiliki kendali atas emosi tersebut. 

Si kecil mengalami kesulitan untuk mengenali jenis emosi yang mereka rasakan dan tidak bisa membayangkan respon orang lain jika mereka mengekspresikan emosi tersebut. Oleh karena itu, perlu cara yang tepat untuk mendidik anak agar mereka dapat mengenali emosi mereka terlebih dahulu.

Anak harus memiliki kompetensi emosional dalam kehidupannya. Kompetensi emosional adalah kemampuan untuk mengenali, mengekspresikan, dan mengontrol emosinya sendiri serta mengenali emosi yang dirasakan orang lain. 

Anak yang memiliki kompetensi emosional yang baik akan memiliki hubungan sosial yang positif, pencapaian akademik yang baik, dan berperilaku baik. Selain itu, kompetensi emosional yang dimiliki anak akan mempengaruhi kemampuan resiliensi mereka ketika dewasa. 

Lalu bagaimana caranya agar anak dapat memiliki kompetensi emosional yang baik? Yuk, simak 5 cara mendidik anak untuk mengenal dan mengontrol emosinya sendiri.


Baca juga: Waspadai Gangguan Kesehatan karena Duduk Lama saat WFH


Mendidik anak dengan menjadi contoh yang baik

Orang tua perlu mencontohkan kepada anak bagaimana cara mengontrol emosi dengan sehat. Jika anak berbuat suatu kesalahan, orang tua jangan langsung menunjukkan emosi negatif, seperti memarahi dan membentak. Orang tua perlu menenangkan diri terlebih dahulu sebelum berbicara pada anak.

Anak akan belajar cara mengendalikan emosi melalui orang tuanya. Jika orang tua membentak ketika marah, maka besar kemungkinan anak juga akan membentak saat marah.  

Jika orang tua menasehati dan berbicara dengan sopan, maka anak juga akan berbicara dengan sopan meskipun marah. Anak melihat, anak mengikuti.


Terkoneksi kembali dengan anak

Bayi juga memiliki emosi. Bayi belajar menenangkan kekesalan atau emosinya dengan cara ditenangkan oleh orang tua mereka. Anak-anak juga perlu ditenangkan oleh orangtua agar mereka dapat belajar meregulasi emosinya sendiri kelak. 

Ketika anak merasakan emosi negatif, orang tua perlu berhubungan kembali dengan anak dengan cara menaruh perhatian pada mereka.

Jika orang tua mengabaikan anak ketika mereka merasakan emosi yang negatif, maka mereka akan belajar untuk tidak boleh merasakan hal tersebut. Anak akan merasa sendirian dalam merasakan perasaan itu. 

Akhirnya, mereka akan belajar mengendalikan perasaan tersebut dengan cara menyembunyikannya, menahannya, atau bahkan menolak perasaannya sendiri.


Penerimaan terhadap apa yang dirasakan anak

Menerima dan mengakui apa yang dirasakan anak dilakukan dengan cara menunjukan empati. Empati harus menjadi respon pertama orang tua setiap kali menghadapi anak dan apa yang mereka rasakan. 

Dengan memberikan empati, anak akan belajar bahwa apa yang dirasakan bukanlah hal yang buruk. Meskipun apa yang dirasakan tidak menyenangkan, namun anak akan belajar untuk menerimanya dan berusaha untuk mengatasinya.

Kemampuan untuk menerima dan mengatasi emosi negatif bisa dilakukan anak jika mereka merasa dimengerti oleh orang tuanya. Penerimaan orang tua atas perasaan yang dirasakan anak akan membantu mereka dalam membangun resiliensi dalam hidupnya.


Tidak langsung menghukum merupakan cara mendidik anak yang tepat

Ketika anak merasakan emosi negatif dan meluapkannya dengan cara menangis, berteriak, atau tantrum, orang tua jangan langsung menghukum anak. 

Jika orang tua langsung menghukum dengan hukuman fisik, verbal atau memberikan time-out, maka anak akan merasa bahwa emosi yang dirasakannya adalah salah. 

Anak tidak akan mengerti bahwa yang salah adalah ketidakmampuannya dalam mengontrol dan mengekspresikan emosinya dengan baik.

Daripada menghukum, orang tua dapat membimbing anak dengan cara yang positif dan membantu memproses emosinya. Cobalah untuk berkomunikasi dengan anak mengenai apa yang dia rasakan dan memvalidasi perasaannya. 

Orangtua bisa bertanya seperti, “Nak, kamu sedih ya?” atau “Nak, kamu kesal karena ini ya?”. Namun, jangan terlalu memaksa anak untuk mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan saat itu juga. Berikan waktu dan lebih berfokuslah pada penerimaan perasaan anak.


Membebaskan anak atas perasaanya dan membatasi perilakunya

Anak boleh merasakan emosi apapun yang dia rasakan, namun orangtua juga perlu mengawasi bagaimana anak mengekspresikan emosinya. Jangan sampai membiarkan anak meluapkan emosinya dengan cara menyakiti diri sendiri atau orang lain. 

Anak bukan tidak ingin untuk mengontrol emosinya, melainkan belum bisa. Jika orang tua dapat menunjukkan empati, anak akan merasa aman untuk mengekspresikan tangis dan rasa takutnya, sehingga lama-lama perasaan negatif tersebut akan hilang dan perilaku buruk anak dalam mengekspresikan emosi akan berhenti.

Emosi adalah bagian dari hidup yang akan terus kita rasakan. Maka, kemampuan untuk memahami dan mengontrol emosi sangatlah penting. Apabila anak sudah dididik untuk mengontrol emosinya dengan baik, mereka akan memiliki kehidupan emosional yang sehat. 

Cara-cara yang disebutkan di atas akan mengajarkan anak mengenai emosi dalam 3 prinsip, yaitu: (1) emosi bukanlah hal yang buruk dan wajar dimiliki oleh manusia, (2) kita tidak bisa memilih emosi apa yang akan dirasakan, namun kita bisa mengontrol perilaku kita mengenai emosi tersebut, (3) jika kita mengakui dan menerima perasaan kita, maka kita akan lebih mudah untuk mengontrolnya.

Dear, mendidik anak untuk memahami dan mengontrol emosinya bukan hal yang mudah. Kita perlu banyak bersabar dalam menghadapi perilaku anak ketika mereka mengekspresikan emosinya. 

Emosi negatif tentu akan lebih sulit diatasi daripada emosi yang positif. Meskipun begitu, jika anak merasakan emosi yang positif, orang tua tetap perlu mendidiknya agar mereka dapat mengontrol dan mengekspresikan emosinya dengan benar.

Jika kamu merasa kesulitan dalam memahami perasaan anak atau justru kamu masih merasa kesulitan memahami emosimu sendiri, meminta tolong pada pakarnya bisa jadi solusi lho!

Berkonsultasi dengan psikolog profesional dapat membantumu mengatasi permasalahan dalam mendidik anak, maupun permasalahan dalam memahami serta mengontrol emosi sendiri. Riliv menyediakan layanan konseling yang dapat dipercaya dan siap membantumu kapanpun juga.

Ingat ya Dear, orang tua adalah sekolah pertama bagi anak. Maka, didiklah mereka menjadi sosok yang paling diharapkan orang tua. Menjadi contoh yang baik adalah cara yang tepat, karena orang tua adalah panutan bagi anak.


Baca juga: Toxic Relationship Berpengaruh Pada Kesehatan Finansial? Yuk, Ketahui Faktanya!

 

Disadur dari:

  1. https://www.psychologytoday.com/us/blog/peaceful-parents-happy-kids/201307/5-steps-help-kids-learn-control-their-emotions
  2. https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-baby-scientist/201909/encouraging-kids-talk-about-emotions

Ditulis oleh Tazakka Putri Oktoji dari Riliv.

Artikel Terkait
image image
Artikel Baru