27 Nov 2020
Istilah kekerasan finansial atau financial abuse masih sangat awam di telinga masyarakat – khususnya di kalangan generasi milenial. Padahal, tindakan ini merupakan sesuatu yang wajib diwaspadai, dihindari, serta sedapat mungkin dicegah karena dampaknya yang tergolong fatal. Apa sebenarnya pengertian dari istilah yang satu ini berikut cara mengatasinya?
Baca juga: 5 Tahap Burnout Akibat Sering Kerja Lembur
Berbeda dengan kekerasan verbal dan fisik, financial abuse merupakan suatu tindakan yang samar – bahkan seringkali tidak dirasakan oleh korban sekalipun. Ini yang justru membuat hal tersebut lebih berbahaya efeknya. Arti sederhananya sendiri yaitu suatu tindakan memanipulasi, mengontrol, hingga memaksakan pengaruh atas keuangan pasangan.
Contohnya, kamu ingin membeli suatu barang sebagai reward atas kerja kerasmu di mana benda tersebut tidak akan membuat kondisi finansialmu terguncang. Namun, pasanganmu langsung melarang padahal kamu tidak menggunakan uangnya untuk mendapatkan barang tersebut. Ini adalah contoh paling samar yang justru sering dianggap sebagai bentuk perhatian.
Bentuk paling serius adalah ketika setelah menikah, pasanganmu menjual aset secara sewenang-wenang tanpa diskusi terlebih dahulu. Padahal, ada hukum yang mengatur bahwa kekayaan dalam pernikahan merupakan hak bersama. Tindakan tersebut jelas termasuk kekerasan dalam keuangan, namun lagi-lagi acap dianggap sebagai hal yang wajar di tengah masyarakat.
Lantas, bagaimana cara untuk membedakan antara yang benar-benar financial abuse dengan bentuk perhatian dan hak dari pasangan terkait keuanganmu? Ada beberapa tanda yang perlu kamu ketahu agar dapat memahami sebagai bentuk antisipasi:
Uang yang kamu hasilkan dari jerih payahmu merupakan hak di mana bebas digunakan untuk apa pun selama tidak mengancam stabilitas finansialmu. Namun, berbeda dengan kondisi financial abuse di mana hakmu sepenuhnya dirampas atas pendapatanmu sendiri. Tidak boleh memegang uang hingga larangan membelanjakannya.
Sebagaimana sudah disinggung di atas bahwa menjual aset tanpa kesepakatan bersama pasangan juga merupakan penyalahgunaan wewenang soal finansial. Biasanya hal ini dilakukan oleh kepala keluarga yang memiliki kontrol lebih besar terkait aset-aset bersama yang dimiliki. Padahal, jika aset dipindahtangankan tanpa diskusi dapat masuk ke ranah hukum.
Sering meminta pasangan mengeluarkan uang untuk memenuhi keinginanmu juga termasuk kategori financial abuse. Terlebih jika kamu memiliki penghasilan sendiri yang lebih dari cukup untuk membiayai hal tersebut. Ditambah lagi jika kamu meminta disertai ancaman bila tidak dipenuhi, maka tindakan itu termasuk menuntut di mana berarti hubungan sudah tidak sehat.
Seserius apa dampak terjadinya kekerasan dalam keuangan hingga wajib diwaspadai? Membiarkan dirimu terjebak dalam financial abuse akan memberikan banyak efek negatif, antara lain :
Tentu kamu tidak berharap mengalami situasi-situasi seperti di atas, ‘kan? Lantas, bagaimana cara untuk mencegah agar financial abuse tidak sampai terjadi? Kamu mungkin dapat mencoba beberapa langkah antisipasi sederhana seperti berikut :
Hal pertama yang wajib dilakukan adalah sejak awal mendiskusikan tentang finansial bersama pasangan serta membuat batasan keras terkait hal tersebut. Kesepakatan tentang pembagian dalam pengeluaran harus dicapai agar kedua belah pihak tidak saling merasa dirugikan. Selain itu, poin-poin yang sudah disetujui harus diterapkan secara disiplin.
Selanjutnya, memiliki simpanan pribadi baik berupa uang maupun aset merupakan hal yang wajib setelah tercapai kesepakatan soal hak-hak finansial dalam hubungan. Bukan hanya agar kemandirian keuangan terjaga namun juga sebagai penolong jika suatu saat pasangan mengalami defisit. Tabungan dan asetmu masih bisa digunakan untuk memulihkan situasi.
Terakhir, memperbanyak investasi untuk pribadi sekaligus bersama pasangan merupakan pencegahan terbaik. Mengapa demikian? Sebab, investasi memiliki banyak manfaat yang dapat menghindarkan hubunganmu dari financial abuse :
Jadi ingin mencoba berinvestasi sebagai pencegahan kekerasan dalam keuangan, ‘kan? Meskipun begitu, ketika hendak mulai investasi, biasanya muncul keraguan akibat ketakutan akan risiko yang ada. Hal ini wajar mengingat investasi sudah terlanjur identik dengan sesuatu yang bersifat gambling – bisa menguntungkan namun dibarengi potensi kerugian sama besar.
Namun, kecemasan tersebut jangan dijadikan sebagai alasan untuk tidak memulai langkahmu dalam berinvestasi, baik untuk pribadi maupun bersama dengan pasanganmu. Sebab, risiko dapat ditekan seminimal mungkin jika kamu pandai memperhitungkan peluang saat memilih objek investasi. Salah satunya jika memilih investasi tabungan emas di IndoGold.
Investasi emas tapi kok ada embel-embel menabung, sih? Inilah istimewanya program investasi logam mulia yang ditawarkan IndoGold. Jadi, tanpa perlu modal besar, cukup dengan Rp500,- saja kamu sudah memiliki simpanan emas secara daring. Tabungan ini nantinya bisa kamu tarik kapan saja dalam bentuk emas batangan atau terus ditambahkan secara perlahan.
Keren sekali konsep investasi ini, ‘kan? Ditambah lagi, nilai emas tidak pernah turun karena terus naik sehingga jaminan profit di depan mata. Sangat pas bila dijadikan pilihan investasi untuk menghindari financial abuse. Cukup unduh aplikasi IndoGold di ponselmu, mendaftar sebagai anggota, verifikasi, transaksi investasi bisa dilakukan.
Baca juga: 5 Mindset Orang yang Sudah Melek Finansial