Bisnis

Minimum Viable Product (MVP) dan Penerapannya di Startup

Brigitta Winasis-

19 Jul 2021

Minimum Viable Product (MVP) dan Penerapannya di Startup

Sudahkah Anda mengetahui minimum viable product (MVP)? Secara sederhana, MVP dapat diartikan pengembangan produk. Hal ini banyak dilakukan perusahaan startup.

Mengapa perusahaan startup melakukan MVP sebelum merilis produk? Berikut akan dibahas selengkapnya.


Baca juga: Kenali Online Single Submission dan Manfaatnya bagi UMKM


Apa itu MVP?

MVP adalah teknik pengembangan sebuah produk atau situs baru. Tujuannya adalah menyediakan fitur-fitur yang belum terlalu canggih tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pertamanya.

Sementara itu produk finalnya akan didesain dan dikembangkan lebih jauh setelah mendapat umpan balik dari pelanggan pertama. Konsep ini telah dipopulerkan Eric Ries, seorang konsultan dan penulis tentang startup.

Contoh sederhana dari MVP adalah produk demo, proyek crowdfunding, dan landing pages. MVP tidak terlalu canggih, tetapi cukup layak untuk dirilis.

Dalam beberapa kasus, MVP diluncurkan sedikit demi sedikit untuk mengetes viabilitasnya sebelum dikembangkan menjadi tool atau software yang sempurna. Atau bisa jadi MVP seolah-olah tampak fungsional dari luarnya, padahal dioperasikan secara manual oleh manusia di dalamnya.

Fungsi utama membuat MVP adalah meningkatkan minat pelanggan terhadap produk yang diluncurkan. Kebanyakan startup menggunakannya dengan tujuan tersebut, misalnya Dropbox dan Uber.

Berikut ilustrasi MVP. Misalkan sebuah perusahaan ini meluncurkan produk donat.

Pertama tim pengembang akan merancang prototipe donat. Pengembang merencanakan bahan baku apa saja yang digunakan, bentuknya, serta rasa donat.

Setelah itu pengembang akan membuat MVP berdasarkan prototipe yang dibuat. Namun hanya unsur-unsur penting saja yang dibuat pertama kali, misalkan donat goreng tanpa rasa.

Donat ini dibuat polos karena perusahaan startup tersebut ingin mengetahui bagaimana pelanggan merespons produk mereka. Setelah diketahui respons pelanggan, perusahaan mulai meluncurkan variasi rasa donat sesuai tanggapan yang diperoleh.


Tujuan Dibuatnya MVP

Perusahaan startup memanfaatkan MVP dengan tujuan sebagai berikut.

1. Dapat Segera Merilis Produk

Tujuan utama dari MVP adalah agar perusahaan bisa segera merilis produk. Ada kalanya sebuah produk harus segera diluncurkan, misalnya sedang ada momentum penting yang dapat mendorong penjualan.

2. Mengetes Produk pada Pengguna Sungguhan

Pengujian produk biasa dilakukan sebelum peluncuran. Metode yang digunakan umumnya adalah A/B testing. Namun metode ini tidak meliputi keseluruhan pengujian.

Dengan meluncurkan MVP, pengujian dapat dilakukan kepada pengguna sungguhan. Mereka dapat memberikan umpan balik kepada perusahaan sesuai apa yang diperoleh dari MVP.

3. Hemat Pengeluaran

Perusahaan rintisan umumnya tidak mempunyai banyak dana seperti perusahaan yang sudah matang. Maka dari itu, perusahaan harus berhemat. MVP dapat menjadi solusi saat hendak mengeluarkan produk baru.

Dengan meluncurkan MVP, perusahaan bisa memperoleh umpan balik dari pelanggan. Biayanya pun tidak terlalu mahal karena MVP belum 100 persen sempurna.

4. Risiko Gagal Rendah

Risiko gagal mungkin membayangi peluncuran suatu produk. Namun hal itu dapat dicegah dengan mengeluarkan MVP terlebih dahulu.

Perusahaan dapat memahami apa yang diharapkan pengguna dengan mengeluarkan fitur-fitur dasar dari produk tersebut. Selanjutnya, setelah mendapat umpan balik perusahaan dapat menyempurnakan produk sesuai aktivitas pengguna sebelumnya.


Baca juga: 3 Jenis Bisnis Online yang Cepat Menghasilkan Uang


Keuntungan Membuat MVP

Ada beberapa keuntungan yang didapat perusahaan dengan memilih metode MVP. Berikut penjelasannya.

1. Mendapat Keuntungan dengan Risiko Gagal Rendah

Perusahaan yang masih berupa startup bisa mendapat keuntungan lebih cepat. Perusahaan juga bisa mengetahui umpan balik dari pelanggan lebih cepat.

2. Meminimalkan Dana Pengembangan Produk

Dengan mengeluarkan MVP, perusahaan akan mengetahui apakah produk mereka sudah menyelesaikan masalah pelanggan atau belum. Apabila sudah, mungkin masih ada fitur yang belum memuaskan pelanggan dan dapat diperbaiki.

3. Mendapat Umpan Balik Sungguhan

Perusahaan dapat memperoleh umpan balik dari pengguna sungguhan. Pengguna dapat memberikan saran dan kritik. Hal ini sangat berharga bagi perusahaan demi merilis produk yang lebih baik.

4. Mendapat Nilai Plus saat Funding

Saat funding, investor dapat memperoleh gambaran tentang produk apa yang akan dibuat startup dan bagaimana kemungkinan respons masyarakat.


Karakteristik MVP

MVP haruslah memiliki beberapa karakteristik agar dapat menarik minat pelanggan.

1. Memiliki Nilai yang Cukup

Meskipun belum memiliki fitur yang sempurna, perusahaan harus memastikan MVP tersebut memiliki nilai yang cukup menarik bagi penggunanya. Dengan demikian, pelanggan akan tertarik menggunakan produk. Di sisi lain, MVP harus dapat menyasar target pasar yang sejak awal diinginkannya.

2. Menunjukkan Keuntungan di Masa Depan

MVP dapat disebut sebagai produk sementara sebelum produk yang sempurna diluncurkan. Namun perusahaan harus tetap meyakinkan pelanggan bahwa produk tersebut akan bermanfaat di masa mendatang. Yakinkan pelanggan bahwa produk tersebut akan terus berkembang sesuai kebutuhan pelanggan.

3. Menyediakan Sarana Umpan Balik

MVP harus menyediakan sarana bagi pelanggan untuk menyampaikan kritik dan sarannya. Dengan demikian, pelanggan merasa yakin produk tersebut akan berkembang dan menghasilkan manfaat lebih. Kritik dan saran tersebut bermanfaat sebagai tuntunan dalam mengembangkan produk.


Langkah-langkah Meluncurkan MVP

Bagaimana mengembangkan MVP dan bagaimana caranya mengetahui MVP sudah siap diluncurkan? Berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan.

1. Pastikan MVP Anda sesuai dengan tujuan bisnis.

Sebelum memutuskan fitur mana yang hendak dikembangkan, tahap pertama membuat MVP adalah memastikannya sudah sesuai dengan tujuan strategis bisnis Anda.

Apa tujuan bisnis Anda? Apakah Anda mengincar jumlah revenue tertentu dalam enam bulan mendatang? Apakah sumber daya Anda terbatas? Pertanyaan-pertanyaan ini akan memengaruhi bagaimana nantinya MVP dikembangkan.

Selain itu, pertimbangkan tujuan minimum dari MVP. Apakah fitur yang dihadirkan akan mendekatkan pelanggan ke produk yang sebelumnya sudah diluncurkan?

Jika ini merupakan salah satu tujuan Anda, maka strategi MVP ini dapat berjalan terus.

Namun apabila tujuan perusahaan adalah ingin berfokus pada pasar inti, maka Anda mungkin ingin menyisihkan tujuan MVP di atas. Selanjutnya Anda dapat membuat MVP yang didesain untuk menawarkan fungsi baru kepada pelanggan lama.

2. Identifikasi masalah spesifik yang ingin dipecahkan atau diperbaiki untuk pengguna.

Setelah menentukan rencana MVP, pikirkanlah solusi spesifik yang ingin ditawarkan ke pelanggan. Anda hanya dapat membenahi unsur kecil dari MVP tersebut, mengingat pengembangannya yang memang terbatas.

Anda dapat memutuskan apa yang hendak dibenahi melalui beberapa faktor. Di antaranya adalah riset pengguna, analisis kompetitor, seberapa cepat masalah pengguna dipecahkan ketika mendapat umpan balik, dan biaya yang diperlukan untuk mengembangkannya.

3. Ubah kegunaan MVP menjadi rencana pengembangan.

Setelah melakukan langkah-langkah di atas, buatlah rencana untuk pengembangan produk. Hal yang terpenting adalah MVP harus dapat berkelanjutan. Artinya, produk tersebut harus menyediakan user experience yang berkualitas.

Sebuah MVP tidak boleh hanya menyajikan fitur setengah jadi. MVP harus tetap berfungsi sebagaimana mestinya, yakni sebagai produk yang dapat dijual.


Baca juga: Peer-to-Peer Lending vs Crowdfunding untuk Pendanaan


Contoh MVP

Jika Anda masih bertanya-tanya seperti apa praktik MVP dalam bisnis, berikut dua contoh brand yang dengan sukses meluncurkan MVP.

Airbnb

Awalnya founder startup Airbnb sama sekali tidak memiliki modal untuk mendirikan bisnisnya sendiri. Mereka lalu menggunakan apartemen milik sendiri untuk mewujudkan ide penawaran pasar jangka pendek, yakni penyewaan rumah online secara peer-to-peer.

Mereka membuat situs minimalis, mempublikasikan foto, dan rincian lainnya tentang properti tersebut. Pelanggan segera berdatangan begitu situs tersebut diluncurkan.

Foursquare

Media sosial berbasis lokasi, Foursquare, juga berawal dari MVP. Mulanya Foursquare menawarkan fitur check-in dan reward berdasarkan permainan (gamification).

Foursquare lalu mulai mengembangkan dengan menambah fitur rekomendasi, panduan, dan lain-lain.


Mulai Bisnis Anda Sendiri dengan Dana dari Modal Rakyat

Anda ingin merintis usaha sendiri, tetapi kebingungan dengan modal awal yang dibutuhkan? Anda dapat mendaftarkan diri sebagai peminjam di P2P lending Modal Rakyat.

Layanan ini sudah berizin OJK, sehingga dijamin keamanannya. Selanjutnya, bunga yang ditawarkan relatif lebih kompetitif dibandingkan alternatif pinjaman lainnya.

Proses pengajuannya pun mudah dan cepat. Anda dapat mengajukan pinjaman secara online. Persetujuannya relatif cepat, yakni dapat disetujui dalam lima hari kerja jika syarat-syarat sudah dipenuhi.

Artikel Terkait
image image
Artikel Baru