Bisnis

Rasio Profitabilitas adalah: Fungsi, Jenis, dan Contohnya

Brigitta Winasis-

08 Jun 2021

Rasio Profitabilitas adalah: Fungsi, Jenis, dan Contohnya

Dalam sebuah bisnis, ada berbagai rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kinerja dan efektivitas manajemen dalam kurun waktu tertentu. Termasuk di antaranya rasio profitabilitas.

Rasio profitabilitas adalah salah satu tolok ukur untuk membantu meningkatkan efektivitas kinerja perusahaan. Selain itu, hasil perhitungan rasio ini dapat membantu untuk mengambil keputusan dalam manajemen.

Selain rasio profitabilitas, ada pula rasio aktivitas, keuangan likuiditas, dan solvabilitas. Namun secara khusus di sini akan dibahas rasio profitabilitas. Berikut penjelasannya.


Baca juga: ROE adalah: Pengertian, Rumus, dan Cara Menghitungnya


Apa itu profitabilitas?

Rasio profitabilitas yaitu standar keuangan yang dipakai para analis dan investor untuk mengkalkulasi potensi laba relatif yang dihasilkan perusahaan terhadap biaya operasi, pendapatan, ekuitas, dan aset neraca. Rasio ini dapat menampilkan apakah perusahaan memanfaatkan aset dengan baik untuk memperoleh laba dan nilai untuk pemilik saham perusahaan.

Sebuah bisnis tentu cenderung mencari potensi keuntungan yang banyak. Pasalnya ini berarti bisnis berjalan lancar dan menghasilkan pemasukan, arus kas, serta laba.

Rasio profitabilitas juga dapat bermanfaat untuk membandingkan dengan perusahaan kompetitor yang sejenis. Dapat pula digunakan untuk membandingkan dengan periode yang lalu.


Manfaat

Manfaat rasio profitabilitas yaitu dapat menunjukkan efisiensi manajemen. Hal ini dilihat dari laba yang timbul dari penjualan dan investasi. Hal-hal ini tercantum dalam laporan keuangan perusahaan.

Semakin besar nilai rasio, kondisi perusahaan dianggap semakin baik. Rasio yang tinggi menggambarkan laba semakin banyak dan perusahaan semakin efisien. Hal ini dapat diketahui melalui tingkat pemasukan serta arus kas.

Rasio profitabilitas ini menyajikan informasi yang penting. Informasi tersebut disandingkan dengan rasio periode lalu dan rasio kompetitor.

Dengan begitu, diperlukan pengamatan tren industri untuk menyimpulkan keputusan bermanfaat terkait tingkat profitabilitas perusahaan. Rasio ini akan menunjukkan hasil akhir dari seluruh kebijakan yang terkait keutangan dan keputusan operasional oleh manajemen.

Terakhir, trader saham dapat menilai apakah rasio profitabilitas suatu perusahaan layak membuatnya menginvestasikan uangnya atau tidak. Jika tidak, maka investor tersebut tidak akan membeli saham.


Baca juga: Pengertian dan Rumus ROA: Cara Menghitung dan Fungsinya


Jenis

Ada beberapa jenis rasio profitabilitas yang wajib Anda ketahui. Rasio ini sendiri terbagi menjadi delapan jenis, yakni profit margin ratio (PMR), operating ratio (OR), gross margin (GPM), net profit margin (NPM), return of investment (ROI), earning power of total investment (EPTI), dan rentabilitas modal sendiri (RMS).

Berikut dua jenis rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengevaluasi kesehatan perusahaan.


Rasio Margin

Rasio margin menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengubah sales menjadi laba melalui berbagai pengukuran. Misalnya margin laba kotor, laba bersih, laba operasional, arus kas, EBIT, EBITDA, dan lain-lain.


Rasio Pengembalian

Rasio pengembalian menunjukkan kemampuan bisnis dalam mengembalikan nilai kepada pemilik saham. Termasuk di antaranya adalah pengembalian aset beserta labanya, pengembalian tunai atas aset, laba atas pendapatan, pengembalian utang, laba atas ditahan, laba atas modal, dan lain-lain.


Rasio Profitabilitas yang Banyak Dipakai

Berikut sederet jenis rasio profitabilitas yang banyak dipakai untuk mengevaluasi kinerja perusahaan.


Margin Laba Kotor

Margin laba kotor membantu membandingkan laba kotor dengan perolehan dari sales. Hal ini berfungsi menampilkan jumlah penghasilan, dengan turut memperhitungkan biaya produksi atas barang dan jasa.

Rasio ini menunjukkan apakah operasional suatu bisnis sangat efisien, artinya menutup biaya operasional, dividen, biaya tetap, dan depresiasi. Bahkan dapat memberikan laba bersih.

Jika margin keuntungan rendah, artinya harga pokok penjualan (HPP) besar. Hal ini bisa berarti kebijakan yang tidak menguntungkan, harga jual terlalu rendah, penjualan kecil, persaingan ketat, atau promosi yang kurang baik.

Rumus margin laba kotor yaitu diawali dengan mengumpulkan data laba kotor dan HPP.


Laba Kotor = Pendapatan - HPP


Selanjutnya laba kotor dibagi pendapatan.


Margin Laba Kotor = Laba Kotor / Pendapatan


Misalnya suatu perusahaan membuat produk mainan. Total penjualan pada 2020 adalah Rp800.000.000 dengan harga pokok penjualan senilai Rp300.000.000. Berikut perhitungan margin laba kotornya.


Laba Kotor = 800.000.000 - 300.000.000 = 500.000.000

Marjin Laba Kotor = 500.000.000 / 800.000.000 = 62,5%


EBITDA

Margin EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) menunjukkan keuntungan perusahaan tanpa melihat bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi. Manfaatnya adalah membuat perusahaan lebih mudah untuk membandingkan diri dengan perusahaan lain. Pasalnya biaya tersebut tidak terlalu mudah berubah atau diskresioner.

Di sisi lain, kelemahannya adalah hasil dari perhitungan EBITDA yaitu bisa sangat berbeda dari laba bersih dan arus kas aktual. Kedua hal ini dapat menjadi indikator kinerja perusahaan yang lebih baik.


Margin Laba Bersih

Margin ini digunakan untuk mengetahui persentase pendapatan bersih setelah dikurangi beban seperti pajak dan biaya operasional. Istilah lain margin ini adalah profit margin ratio.

Ukuran baiknya operasional suatu perusahaan dapat dilihat dari margin laba bersih yang tinggi. Berikut rumus perhitungan margin laba bersih.


Margin Laba Bersih = (Laba - Pajak) / Penjualan Bersih


Sebagai gambaran, berikut contoh penggunaan rumus tersebut.


Margin Laba Bersih = 3.064.650.000.000 / 28.063.310.000.000 = 10,9%


Rasio Pengembalian Aset

Rasio ini bertujuan melihat persentase laba yang didapat berkaitan dengan aset totalnya. Hal ini bertujuan mengetahui apakah perusahaan tersebut efisien dalam mengelola asetnya. Berikut rumus rasio pengembalian set.


ROA = Laba Bersih / Aset Total


Sebagai contoh, digunakan data laporan keuangan perusahaan sebagai berikut.


ROA = 200.000.000 / 20.000.000 = 10%


Rasio Pengembalian Ekuitas

Rasio pengembalian ekuitas ini bertujuan mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dari aset yang sudah diinvestasikan saham perusahaan. Hasil perhitungannya dinyatakan dalam persentase.

Perhitungan return on equity (ROE) ini didapat dari data pendapatan dan modal yang diinvestasikan pada pemegang saham perusahaan. Perhitungan ini bertujuan menilai apakah perusahaan berhasil mengatur modal yang ditanamkan.

Berikut rumus ROE.


ROE = Laba bersih dikurangi pajak / Ekuitas


Sebagai gambaran, berikut contoh pengembalian ekuitas para pemegang saham.


ROE = 600.000.000 / 900.000.000 = 66,7 %


Rasio Pengembalian Penjualan

Return on sales (ROS) adalah rasio yang menyajikan data keuntungan perusahaan setelah membayar berbagai beban biaya operasional sebelum pajak dan bunga. Rasio ini menampilkan keuntungan yang didapat dari setiap penjualan. Berikut rumusnya ROS.


ROS = (Laba sebelum pajak dan bunga / Sales) x 100%


Berikut contoh pengembalian penjualan suatu perusahaan.


ROS = (200.000.000 / 3.000.000.000) x 100% = 6,7%


Pengembalian Modal

Return on capital employed (ROCE) adalah rasio profitabilitas yang menghitung laba dari modal yang digunakan. Hasil perhitungan disajikan dalam bentuk persentase.

Modal yang digunakan sebagai variabel adalah aset total dikurangi kewajiban lancar atau ekuitas ditambah kewajiban lancar. Laba yang belum dikurangi bunga serta pajak adalah EBIT (Earning Before Interest and Tax).


ROCE = EBIT / Modal Kerja


atau


ROCE = EBIT / (Aset Total - Kewajiban)


Return on Investment (ROI)

ROI adalah rasio yang dilihat dari laba bersih. Laba ini didapat dengan mengurangi pajak kepada total aktiva. Hal ini bertujuan mengukur kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan terhadap aktiva keseluruhan.

Semakin tinggi tingkat ROI, keadaan perusahaan semakin baik. Berikut rumusnya.


ROI = (Laba dari Investasi - Investasi Awal) / Investasi x 100%


Contoh sebuah perusahaan berinvestasi sebesar Rp100.000.000 ke perusahan lain yang menjual produk tertentu. Penjualan didapat sebanyak 500 unit.

Dari penjualan diperoleh keuntungan Rp250.000.000. Keuntungan investasi senilai Rp20.000.000. Modal awalnya adalah Rp100.000.000.


ROI = (250.000.000-100.000.000) / 100.000.000 = 1,5 x 100% = 15%


Earning Per Share (EPS)

EPS adalah rasio profitabilitas untuk mengetahui kemampuan tiap lembar saham dalam membuat keuntungan perusahaan. Biasanya hal ini sangat diperhatikan manajemen perusahaan sebagai indikator kesuksesan perusahaan. Berikut rumusnya.


EPS = Laba Bersih Dikurangi Pajak - Dividen Saham Preferen / Total Saham Biasa yang Beredar


Demikian penjelasan tentang rasio profitabilitas bagi bisnis Anda. Semoga bermanfaat, selamat mencoba.

Artikel Terkait
image image
Artikel Baru