Finansial

Banyak Pilihan Berinvestasi, Mana yang Terbaik?

Paskalia-

22 Apr 2019

Banyak Pilihan Berinvestasi, Mana yang Terbaik?

Keuntungan investasi bisa menjadi hal yang sangat menggiurkan, terutama bagi investor pemula. Namun banyak yang belum tertarik berinvestasi karena dianggap sulit dipahami, membutuhkan kesabaran, serta kesulitan menyisihkan pendapatan demi memenuhi tuntutan gaya hidup.

Selain itu, ada banyak macam pilihan investasi yang harus dipahami pemula. Ada jenis investasi yang dapat memberikan imbal hasil yang tinggi, walaupun disertai risiko yang tinggi. Selain itu  ada bentuk investasi yang menawarkan keuntungan investasi lumayan tetapi secara risiko lebih aman.

Sebagai contoh, Tia adalah seorang pekerja media mencoba berinvestasi dengan menempatkan dananya di berbagai macam instrumen. Tujuannya agar penghasilan yang ia dapatkan perbulan bisa menghasilkan keuntungan dan tidak terbuang percuma.

Selain itu, investasi juga mengurangi risiko nilai uang terkikis akibat inflasi. Dengan pendapatan Rp6 sampai 7 juta per bulan, Tia terbiasa menyisihkan sekitar 30 persen dari pendapatannya untuk ditempatkan ke instrumen investasi. Beberapa instrumen investasi pun akhirnya menjadi pilihan Tia. Berikut ini penjelasan jenis-jenis investasi yang bisa menjadi pilihan.


Tabungan Emas

Instrumen yang dipilih saat pertama kali berinvestasi adalah tabungan emas. Alasannya adalah aman dan simpel. Tidak perlu perhitungan yang rumit dan menjanjikan secara jangka panjang. Kala itu Tia mulai memasukkan dananya untuk tabungan emas di salah satu instansi keuangan pada 2016.

Dana yang dianggarkan sekitar Rp300 ribu sampai Rp600 ribu per bulan untuk tabungan emas. Bagi Tia, untuk jangka panjang tabungan emas keuntungannya cukup menjanjikan. Pertama kali menabung emas, dia memasukkan dana sekitar Rp580.000 per gram dan sekarang harga emas sudah mencapai Rp690 ribu per gram.


Baca juga: Investasi Properti Untuk Mencapai Tujuan Keuangan Impian


Reksa Dana

Reksa dana adalah salah satu pilihan yang mudah. Reksa dana dapat disebut sebagai sarana untuk menghimpun dana dari investor. Dana ini nantinya dikelola manajer investasi dalam berbagai jenis portofolio investasi.

Ada berbagai jenis reksa dana. Pertama adalah reksa dana pasar uang. Masa jatuh tempo dalam pasar uang adalah kurang dari satu tahun. Relatif risiko reksa dana pasar uang paling rendah dibandingkan reksa dana jenis lainnya.

Jenis kedua reksa dana jenis obligasi. Pada sistem ini, manajer menginvestasikan minimal 80 persen dari aktiva dalam bentuk efek utang (obligasi). Tingkat pengembalian reksa dana ini cenderung stabil, tetapi risikonya relatif lebih besar daripada reksa dana jenis sebelumnya. Istilahnya, tingkat risiko reksa dana obligasi berada di tengah-tengah pasar uang dan campuran.

Ketiga adalah reksa dana campuran, yakni manajer investasi menempatkan dana investasi dalam portofolio yang bervariasi. Sebagai contoh, obligasi dan pasar uang. Risiko reksa dana campuran juga berada di tengah-tengah. Potensi return yang ditawarkan cenderung lebih tinggi daripada reksa dana pendapatan tetap.

Terakhir adalah reksa dana saham. Metode yang dilakukan adalah minimal 80 persen dari aktiva investasi dikelola dalam bentuk efek ekuitas. Risikonya cenderung lebih tinggi daripada pasar uang dan pendapatan tetap. Namun potensi tingkat pengembalian yang ditawarkan lebih tinggi.

Tia pun memilih reksa dana campuran. Dia menginvestasikan dananya ke instrumen tersebut senilai Rp2 juta pada Mei 2018. Sayangnya, imbal hasil yang didapatkan tidak setinggi yang dia harapkan, hanya 0,48 persen saja hingga saat ini. Hal ini membuat Tia akhirnya memilih untuk menarik dananya dari instrumen investasi reksa dana.


SBR

Berdasarkan informasi yang dilansir dari laman Kemenkeu.go.id, Saving Bond Ritel (SBR) termasuk instrumen pembiayaan negara yang dapat dilakukan individu atau perseorangan. Syaratnya, individu tersebut harus terdaftar sebagai Warga Negara Indonesia (WNI). Tahun lalu, pemerintah menerbitkan SBR 004 dengan besaran kupon 8,05 persen.

Selain itu, pemerintah juga menerbitkan SBR 003 dengan besaran kupon 6,8 persen. Tia kemudian turut memilih berinvestasi di kedua instrumen tersebut. Total penempatan dana Tia sekitar Rp4 juta.


Baca juga: Tips Meminjam Online Di Fintech Terpercaya Dijamin Aman


Saham

Investasi  saham memang dikenal dengan imbal hasil atau return-nya yang tinggi. Keuntungan dalam investasi saham membuat banyak orang tergiur. Namun, keuntungan yang tinggi disertai risiko yang tinggi pula.

Dalam mengelolanya, investor juga tidak boleh asal jual atau beli saham perusahaan tertentu saat membutuhkan uang. Investasi ini juga sangat berisiko mendapatkan tekanan dari kondisi ekonomi global seperti nilai tukar Rupiah. Asal tahu saja, tahun lalu kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) tanah air tertekan lantaran anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS.

Di tahun 2018 catatan hasil kerja IHSG adalah yang terburuk dalam kurun tiga tahun terakhir. Dalam setahun, return-nya minus 2,54 persen. Padahal pada 2017 dan 2016 IHSG masih memberikan pengembalian 19,99 persen dan 15,32 persen.

Nah, Tia setiap bulan menyisihkan dana sekitar Rp600 ribu sampai Rp1 juta untuk tabungan saham. Dia mengalokasikan dananya untuk membeli saham emiten besar.  Keuntungan yang berhasil didapatkan oleh Tia sejak Juni tahun lalu sekitar 10 persen dari emiten-emiten besar. Sedangkan dari emiten-emiten kecil yang sahamnya dibeli, sampai saat ini masih belum menghasilkan cuan secara signifikan bahkan ada yang masih menderita kerugian.


Peer to Peer Lending

Inovasi financial technology (fintech) peer-to-peer lending (P2P) lending memang sedang berkembang pesat di Indonesia. Perusahaan-perusahaan ini membantu memberikan pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan modal usaha. Menggunakan jaringan internet atau secara online, P2P lending memfasilitasi pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman.

Ada banyak kemudahan yang ditawarkan oleh perusahaan peer-to-peer lending jika ingin investasi di sana. Berikut penjelasannya.

  1. Cukup dengan minimal Rp100 ribu sudah bisa memberikan pendanaan kepada masyarakat atau UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) yang sudah diseleksi secara ketat.
  2. Pilihan pendanaan dan tenor juga beragam mulai dari satu bulan sehingga memudahkan mengelola pendanaan.
  3. Platform menawarkan imbal hasil atau return yang menarik hingga 18 persen per tahun.
  4. Kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan peer-to-peer lending diatur oleh OJK melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77/POJK.
  5. Sepenuhnya online tanpa ada birokrasi.

Selanjutnya Tia juga memilih pendanaan perusahaan peer-to-peer lending sebagai instrumen investasinya. Imbal hasil yang didapatkan pun lumayan. Pertama investasi, dana yang digelontorkan mencapai Rp1,8 juta serta keuntungan yang berhasil didapatkan sekitar Rp200 ribu dalam setahun. Jika dana yang diinvestasikan oleh Tia lebih besar maka tidak dipungkiri semakin besar pula keuntungan yang akan didapatkan.

Salah satu peer-to-peer lending yang bisa menjadi pilihan berinvestasi adalah Modal Rakyat. Di platform Modal Rakyat hanya dengan investasi minimal Rp25 ribu untuk melakukan pendanaan UKM bisa mendapatkan imbal hasil antara 12 hingga 18 persen per tahun.

Demikian berbagai jenis instrumen investasi dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Setelah dijabarkan, mana yang paling sesuai untuk Anda?



Artikel Terkait
image image
Artikel Baru