Finansial

Resesi Ekonomi: Pengertian dan Indikatornya

Kabrina Rian Ferdiani-

03 Jun 2020

Resesi Ekonomi: Pengertian dan Indikatornya

Ekonomi merupakan bidang yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya dalam kehidupan pribadi, ekonomi suatu negara juga perlu Anda perhatikan. Terutama pada masa pandemi virus corona ini.

Perkembangan ekonomi Indonesia bisa meningkat tetapi bisa juga memasuki masa resesi. Apa yang dimaksud dengan resesi ekonomi? Berikut penjelasannya.


Baca juga: Tips Membuat Financial Planning untuk Millennials


Pengertian Resesi Ekonomi

Resesi ekonomi merupakan penurunan signifikan yang berlangsung lebih dari beberapa bulan dalam satu tahun dalam kegiatan ekonomi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama dapat menyebabkan depresi ekonomi.

Resesi juga dapat didefinisikan sebagai kondisi ketika  pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif atau ketika produk domestik bruto (GDP/PDB) mengalami penurunan selama dua kuartal berturut-turut atau lebih.


Indikator Resesi Ekonomi

Ada lima hal yang bisa menjadi indikator terjadinya resesi. Berikut penjelasannya.

Ketidakseimbangan antara Produksi dan Konsumsi

Indikator pertama dari terjadinya resesi ekonomi adalah tingkat produksi dan konsumsi tidak seimbang. Tentu saja produksi dan konsumsi berkaitan erat dengan pertumbuhan ekonomi.

Jika tingginya konsumsi tidak diimbangi dengan produksi yang tinggi, maka akan terjadi kelangkaan. Negara harus melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal inilah yang membuat turunnya keuntungan perusahaan dalam negeri.

Sebaliknya, jika produksi yang tinggi tidak diimbangi dengan konsumsi yang tinggi, maka akan ada penumpukan stok.

Pertumbuhan Ekonomi Lambat atau Merosot

Indikator yang kedua adalah pertumbuhan ekonomi yang lambat atau bahkan merosot. Pertumbuhan ekonomi merupakan tolok ukur kondisi perekonomian suatu negara. Pertumbuhan ini mengacu pada pendapatan nasional atau disebut dengan GDP/PDB.

Jika pertumbuhan nai, maka kondisi perekonomian di suatu negara baik. Namun, jika pertumbuhan melambat atau merosot, bisa dikatakan perekonomian negara tersebut sedang tidak baik. Jika laju pertumbuhan ekonomi melambat atau merosot selama dua kuartal berturut-turut atau lebih, negara tersebut sedang berada dalam jurang resesi ekonomi.

Nilai Impor Jauh Lebih Besar daripada NIlai Ekspor

Aktivitas ekspor dan impor adalah hal yang wajar dalam sebuah negara. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, ekspor dan impor adalah wadah untuk menjalin kerja sama dengan negara lain.

Negara yang kekurangan suatu komoditas bisa mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, jika kelebihan, kegiatan ekspor bisa sangat menguntungkan untuk sebuah negara. Karena itulah, kedua hal ini harus selalu dijaga. Jika nilai impor lebih tinggi daripada ekspor dapat memicu adanya resesi karena anggaran belanja negara mengalami defisit.

Tingkat Pengangguran Tinggi

Salah satu faktor produksi adalah adanya tenaga kerja. Jika tidak ada lapangan pekerjaan yang cukup, maka akan semakin banyak orang yang menganggur. Banyaknya pengangguran membuat daya beli masyarakat menurun.

Hal ini bisa menyebabkan resesi. Selain itu, tingkat kriminalitas bisa tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Terjadi Inflasi atau Deflasi

Indikator resesi ekonomi yang terakhir adalah terjadi inflasi atau deflasi. Inflasi yang tinggi dapat mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. Ini karena harga barang tidak bisa dijangkau oleh masyarakat.

Sebaliknya, deflasi juga perlu diwaspadai. Dengan menurunnya harga barang, laba yang diperoleh perusahaan akan menurun. Ini memengaruhi GDP negara.


Apa yang Bisa Anda Lakukan?

Sebagai warga negara, ada hal yang bisa Anda lakukan untuk membantu mencegah terjadinya resesi ekonomi. Salah satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi akan meningkatkan pendapatan nasional.

Anda bisa memilih investasi P2P Lending seperti Modal Rakyat. Investasi jangka pendek ini dapat memberikan keuntungan hingga 25% per tahun. Uang yang Anda investasikan akan disalurkan dalam bentuk pinjaman modal usaha kepada UMKM di Indonesia.

Tidak perlu modal yang besar, Anda bisa mulai berinvestasi di Peer-to-peer Lending Modal Rakyat mulai Rp25 ribu saja.


Baca juga: Investasi Bodong Makin Marak, Kenali Cirinya dan Waspada!


Artikel Terkait
image image
Artikel Baru